Minggu, 18 Desember 2011

Puasa Rutin Periodik Bagus untuk Kesehatan Anda, dan Jantung Anda, Hasil Studi

Puasa telah lama berasosiasi dengan ritual agama, diet, dan protes politik. Sekarang bukti baru dari para peneliti jantung di Intermountain Medical Center Heart Institute menunjukkan kalau puasa periodik rutin juga baik bagi kesehatan anda, dan juga jantung anda.

Kardiolog peneliti dari   Intermountain Medical Center Heart Institute melaporkan kalau puasa tidak hanya menurunkan resiko penyakit arteri koroner dan diabetes, namun juga menyebabkan perubahan signifikan pada level kolesterol darah seseorang. Baik diabetes maupun kolesterol tinggi adalah factor resiko penyakit jantung koroner.

 Penemuan ini memperluas studi tahun 2007 oleh  Intermountain Healthcare yang mengungkapkan asosiasi antara puasa dan berkurangnya resiko penyakit jantung koroner, penyebab utama kematian pria dan wanita di Amerika. Dalam penelitian terbaru ini, puasa juga ditemukan mengurangi factor resiko kardiak lainnya, seperti trigliserida, berat, dan level gula darah.
 Temuan ini disajikan tanggal 3 April 2011, pada sesi ilmiah tahunan   American College of Cardiology di New Orleans.

“Penemuan baru ini menunjukkan kalau penemuan awal kami bukanlah kebetulan,” kata  Dr. Benjamin D. Horne, PhD, MPH, direktur epidemiologi kardiovaskuler dan genetika di   Intermountain Medical Center Heart Institute, dan penyelidik utama studi ini. “Konfirmasi pada pasien baru yang berpuasa berasosiasi dengan resiko rendah penyakit umum ini yang memunculkan pertanyaan bagaimana puasa mengurangi resiko tersebut atau menunjukkan gaya hidup sehat.”

Berbeda dengan penelitian sebelumnya oleh tim ini, penelitian baru ini mencatat reaksi dalam mekanisme biologi tubuh saat periode puasa. Kolesterol lipoprotein kepadatan rendah (LDL-C, atau kolesterol “jahat”) dan kolesterol lipoprotein kepadatan tinggi (HDL-C, atau kolesterol “baik”) partisipan keduanya meningkat (14 % dan 6%) mengangkat kolesterol total mereka – dan membuat kejutan bagi para peneliti.
 “Puasa menyebabkan lapar atau stress. Sebagai responnya, tubuh melepaskan lebih banyak kolesterol, memungkinkan penggunaan lemak sebagai sumber bahan bakar, bukannya glukosa. Hal ini menurunkan jumlah sel lemak di tubuh,” kata  Dr. Horne. “Hal ini penting karena semakin sedikit tubuh memiliki sel lemak, semakin kecil kemungkinan ia akan mengalami resistensi insulin, atau diabetes.”

Studi ini juga mengkonfirmasi penemuan sebelumnya mengenai pengaruh puasa pada hormone pertumbuhan manusia (HGH), sebuah protein metabolic. HGH bekerja melindungi otot dan keseimbangan metabolic, sebuah respon dipicu dan dipercepat oleh puasa. Saat periode puasa 24 jam, HGH meningkat rata-rata 1300 persen pada wanita dan hampir 2000 persen pada pria.
 Dalam penelitian ini, para peneliti melakukan dua studi puasa pada lebih dari 200 individu – baik pasien maupun relawan sehat – yang direkrut   Intermountain Medical Center. Sebuah uji klinis 2011 kedua mengikuti 30 pasien lainnya yang hanya minum air putih dan tidak makan apapun selama 24 jam. Mereka juga diamati saat makan makanan normal dalam tambahan periode 24 jam. Uji darah dan pengukuran fisik diambil dari semua partisipan untuk mengevaluasi factor resiko kardiak, penanda resiko metabolic, dan parameter kesehatan umum lainnya.

Sementara hasilnya mengejutkan bagi para peneliti, sekarang bukan waktunya untuk memulai diet puasa. Perlu studi lebih lanjut untuk menentukan reaksi tubuh sepenuhnya pada puasa dan pengaruhnya pada kesehatan manusia. Dr. Horne percaya kalau puasa dapat suatu hari dijadikan resep dokter untuk perawatan pencegahan diabetes dan penyakit jantung koroner.
Untuk mencapai tujuan penelitian perluasan,   Deseret Foundation (yang mendanai studi puasa sebelumnya) baru saja merestui beasiswa baru untuk mengevaluasi banyak lagi factor metabolic dalam darah memakai sampel yang disimpan dari uji klinis puasa sebelumnya. Para peneliti akan pula memasukkan uji klinis tambahan puasa pada pasien yang telah didiagnosa menderita penyakit jantung koroner.
“Kami sangat bersyukur atas dukungan financial dari  Deseret Foundation. Organisasi ini dan donornya telah membuat studi puasa menjadi mungkin,” tambah  Dr. Horne. Anggota dari tim peneliti Intermountain Medical Center Heart Institute mencakup Dr. Horne, Jeffrey L. Anderson, MD, John F. Carlquist, PhD, J. Brent Muhlestein, MD, Donald L. LappĂ©, MD, Heidi T. May, PhD, MSPH, Boudi Kfoury, MD, Oxana Galenko, PhD, Amy R. Butler, Dylan P. Nelson, Kimberly D. Brunisholz, Tami L. Bair, dan Samin Panahi.
Sumber berita:
http://www.faktailmiah.com

KEYAKINAN

                                                      Oleh Robert Todd Carrol, 2004

Beberapa keyakinan dapat menghalangi pemikiran kritis. Bila anda yakin anda akan gagal dalam memecahkan sebuah masalah, anda mungkin tidak mau mencoba. Bila anda tidak mencoba, anda tidak akan memberi kesempatan pada diri anda untuk belajar dan mengembangkan bakat anda, termasuk bakat berpikir kritis. Mengejutkannya, sebagian besar penelitian telah menemukan kalau percaya bahwa kecerdasan adalah sesuatu yang dibawa sejak lahir, dan tetap tidak berubah sepanjang hidup karena gen, menghalangi orang dalam beberapa cara yang dapat mempengaruhi kemampuan mereka berpikir kritis. “Salah satu hal terbodoh yang dilakukan orang dengan pandangan kalau kecerdasan itu tetap adalah mengorbankan kesempatan belajar yang penting saat kesempatan tersebut mengandung resiko mengungkapkan ketidakpedulian atau membuat kesalahan” (Dweck 2002: 29). Kenapa? Karena orang yang percaya kecerdasan sepenuhnya tetap lebih cenderung takut gagal dari pada mereka yang memandang kecerdasan adalah potensi yang dapat dikembangkan. Mereka takut gagal karena mereka cenderung mengukur harga diri mereka dengan kecerdasan mereka. Mereka menafsirkan kegagalan sebagai tanda kalau mereka kurang cerdas. Mereka kemudian bermain aman. Orang yang percaya kecerdasan dapat dibentuk cenderung menafsirkan kegagalan sebagai tanda bahwa mereka tidak memiliki keahlian atau pengetahuan tertentu. Bukannya dikalahkan oleh kegagalan, mereka sering terinspirasi untuk mengambil tindakan dan mengambil lebih banyak resiko. Tanpa resiko, belajar itu mustahil. Dweck mengatakan : “Mahasiswa yang percaya kalau kecerdasan mereka tetap, terlalu peduli untuk terlihat pintar sehingga mereka bertindak bodoh..” (2002: 31).
Keyakinan lain yang dapat menutupi berpikir kritis adalah keyakinan kalau hanya orang bodoh yang mesti bekerja keras atau kalau orang cerdas belajar tanpa hambatan (Dweck 2002: 31). Fenomena ini disebut pencacatan diri (Berglas 1990), dan merupakan kecenderungan untuk melakukan hal-hal yang akan mencegah anda dari melihat seolah anda memiliki kemampuan yang rendah, bahkan bila hal ini akan meningkatkan kinerja anda. Saat orang mencacatkan diri, ini artinya mereka lebih peduli pada bagaimana caranya terlihat pintar (atau menghindari terlihat bodoh) daripada berusaha mencapai sesuatu (Dweck 2002: 32). Sayangnya, pencacatan diri adalah sesuatu yang cenderung dilakukan orang cerdas yang percaya dengan kecerdasan yang tetap karena mereka cenderung percaya segalanya mestinya mudah bagi mereka. Moral dari kisah ini tampaknya : Bahkan kalau ada batasan dalam kecerdasan yang diberikan oleh biologi, mempercayai kalau kecerdasan bersifat potensial yang dapat dikembangkan, akan seringkali menjadi perbedaan besar antara dua orang yang sama cerdasnya yang pemikiran kritisnya tidak sama.
Referensi
  1. Berglas, S. 1990. Self-handicapping: Etiological and diagnostic considerations. In R. L. Higgins (Ed.), Self-handicapping: The paradox that isn’t. Plenum.
  2. Dweck, C. S. 2002 Beliefs That Make Smart People Dumb. In Why Smart People Can Be So Stupid, ed. Robert J. Sternberg. Yale University Press.
sumber: http://www.faktailmiah.com

Khalil Gibran dan Nalar dalam Sang Nabi

Sastrawan Khalil Gibran lahir di sebuah desa di pegunungan di Libanon tanggal 6 Januari 1883. Ketika anak-anak, ibunya memutuskan untuk meninggalkan suaminya yang pemabuk dan membawa keempat anaknya ke Amerika. Mereka tinggal di Boston, dimana mereka punya kerabat di sana, dan disanalah seorang pekerja relawan mengenali Gibran yang menurutnya berbakat seni tinggi. Anggota dari masyarakat aristokrat Boston menganggapnya menawan dan mulai mengundangnya dalam acara kumpul bareng, dimana ia membahas tentang filsafat dan sastra. Sejumlah wanita aristokrat jatuh cinta padanya dan menjadi pendukungnya, namun Gibran tidak pernah menikahi satupun dari mereka.

Satu hari, seorang bernama Alfred A. Knopf diundang dalam acara kumpul bareng di apartemen Gibran. Knopf baru saja mendirikan sebuah perusahaan penerbitan dan ketika ia melihat betapa kagumnya orang dengan Gibran, ia memutuskan untuk melakukan kontrak penerbitan dengan beliau. Dua buku pertama Gibran tidak terlalu sukses, namun buku ketiganya, Sang Nabi, luar biasa meledak. Ketika Sang Nabi diterbitkan tahun 1924, penjualannya memang sedikit, namun terus menanjak semakin besar. Tahun 1931, ia sudah diterjemahkan ke dalam 30 bahasa. Tahun 1960an, ia menjadi bacaan populer para mahasiswa. Dan seakrang, kutipan-kutipan dari buku tersebut masih dibaca dalam pernikahan, pembaptisan, dan penguburan. Ia adalah buku best-seller terbesar sepanjang sejarah Alfred A. Knopf. Berikut sebuah kutipan mengenai sains dari buku Sang Nabi. Kutipan ini mencerminkan pendapat Gibran mengenai sains.

Mengenai Nalar dan Nafsu
Dan para pendeta bicara kembali dan berkata: “Ceritakan pada kami tentang Nalar dan Nafsu.”
Dan beliau menjawab:
Jiwamu sering menjadi medan perang, dimana nalar dan rasa keadilanmu berperang melawan nafsu dan birahi.
Bisakah aku menjadi pendamai dalam jiwamu, yang mana diriku akan menyelaraskan pertentangan dalam elemen-elemen dirimu dalam satu kesatuan dan melodi. Namun bagaimana bisa diriku, kecuali dirimu sendiri yang menjadi pendamai, pencinta seluruh elemen dirimu?Nalar dan nafsu mu adalah kemudi dan layar bagi jiwamu yang mengembara di lautan. Bila layar ataupun kemudimu rusak, engkau akhirnya tercebur dan tenggelam, atau terdiam di tengah lautan.

Hanya nalar saja yang berkuasa, maka ia memenjarakan kuasamu; dan jika hanya nafsu, tanpa teman, akan menjadi api yang membakar dirinya sendiri hingga musnah. Karenanya biarkan jiwamu mengagungkan nalarmu hingga setinggi nafsu sehingga ia dapat bernyanyi. Dan biarkan nalar mengarahkan nafsumu, sehingga nafsumu hidup dalam kebangkitannya setiap hari, seperti funiks lahir dari abunya. Pertimbangkanlah penilaianmu dan nafsumu, bahkan jika itu berarti engkau memiliki dua tamu yang terkasih di rumahmu.

Tentunya engkau tidak akan memuliakan satu tamu lebih dari ynag lain; karena ia yang lebih condong ke satu sisi akan kehilangan cinta dan keyakinan dari kedua sisi. Di perbukitan, ketika engkau duduk di bawah naungan dingin pohon poplar putih, berbagai kedamaian dan ketenangan padang rumput yang jauh – biarkan hatimu berkata dalam diam , “Tuhan tinggal di dalam nalar.” Dan ketika badai datang, dan angin besar mengguncang hutan, petir dan kilat mengagung-agungkan kekuasaan langit, – maka biarkan hatimu berkata dalam takjub, “Tuhan bertindak penuh nafsu.” Dan karena engkau adalah sebuah nafas dalam dunia Tuhan, dan sebuah daun dalam hutan Tuhan, engkaupun harus tinggal di dalam nalar dan bergerak penuh nafsu.

sumber: http://www.faktailmiah.com